"Bisa jadi Allah menganugerahkan kekeramatan kepada orang yang belum sempurna istiqamahnya". Tetapi Ketahuilah, pada hakikatnya, kekeramatan itu, bisa diperoleh dengan ke istiqamahan yang sempurna. Dan perkara ini, bisa tercapai dengan dua hal yaitu :
- Beriman kepada Allah dengan benar dan sungguh-sungguh.
- Mengikuti apa yang dibawa oleh Rasulullah saw. secara zahir dan batin.
Kewajiban kita sebagai hamba, tidak lebih dari melaksanakan dua perkara tadi. Dan menjadikan himmah serta cita-cita kita untuk melaksanakan dengan sebaik-baiknya. Adapun mengenai kekeramatan, dalam arti terjadinya peristiwa luar biasa. Bagi ahli hakikat bukan menjadi masalah yang penting, karena : Kekeramatan itu, bisa saja terjadi dan diberikan kepada yang belum sempurna ke istiqamahannya. Kedua perkara tadi diatas yang kami sebutkan merupakan kekeramatan yang menghimpun dan meliputi segala kemuliaan. Kemuliaan iman dengan semakin kuatnya keyaqinan dan kemampuan menyaksikan hakikat sesuatu secara mendalam dan substansi. Dan kemuliaan mengikuti sunnah Rasulullah saw. dan menjauhi seruan serta ajakan-ajakan syaitan yang menyesatkan.
Dari Sahabat Abdullah bin Mas'ud ra. Nabi saw. bersabda : "Sesungguhnya syaitan itu menggoda manusia melalui bisikan-bisikan. Ia membisikkan yang buruk dan jelek, serta perbuatan yang rusak dan mendustakan kebenaran. Sedangkan bisikan Malaikat mengajak kepada kebaikan dan menjunjung kebenaran. Apabila ia mendapat yang jelek-jelek dan rusak, segeralah meminta perlindungan Allah."
Barangsiapa yang di anugerahi dua kemuliaan itu, lalu mengharapkan kemuliaan (kekeramatan) yang selain dari keduanya, maka dia adalah orang yang tertipu, pembohong yang tidak memiliki ilmu dan amal yang benar. Barangsiapa yang diberi anugerah bisa bertemu SANG RAJA dengan memperoleh keridha'an-Nya, maka sungguh ini merupakan anugerah besar, mengapa ia justru mengharapkan yang lain dan mengabaikan keridha'an-Nya? Setiap kekeramatan yang didapatkan seseorang tanpa keridha'an Allah adalah sebuah tipu daya (istidraj) yang akan menyeretnya pada kebinasaan. Setiap kekeramatan yang tidak disertai keridha'an terhadap Allah, maka orangnya berarti tertipu dan akan binasa. Demikianlah menurut Abu Hasan As-Syadzili.
Sayid Abu Abbas Al-Mursi berkata : "Bukannya kebesaran dan kemuliaan itu bagi orang yang terlipat baginya dunia ini, sehingga dalam satu detik, ia telah sampai ke Mekkah dan lain-lain negeri. Tetapi, kebesaran itu adalah orang yang dilipatkan baginya sifat-sifat hawa nafsunya, sehingga ia langsung disisi Tuhan-nya".
Komentar
Posting Komentar