"Datangnya kesempitan (kemiskinan), merupakan hari raya bagi para murid". Sedikit kutipan ini mungkin berharga buat Anda, agar bisa memahami hidup Anda dalam menempuh perjalanan yang singkat tiada lain adanya kesempatan dan kesempitan. Hari raya merupakan sebuah ungkapan akan saat-saat yang menyenangkan dan mengembirakan, bagi orang-orang yang menempuh jalan menuju kehadirat Allah Ta'ala.
Manusia berbeda-beda dalam menghadapi hari raya. Dan sebagian orang ada yang senang dan gembira saat hari raya. Karena, apa yang menjadi keinginan nafsu syahwatnya dapat diperturutkan, apa yang menjadi keinginannya dapat terlaksana, masalah ini, terjadi bagi kebanyakan kaum muslimin. Diantara mereka, ada yang merasa senang dan gembira, karena nafsu syahwatnya tidak memiliki peluang untuk bermain-main. Hal in terjadi pada saat-saat sempit dan sulit. Yang terakhir ini terjadi bagi orang-orang khawas yaitu : "ORANG-ORANG YANG MENEMPUH PERJALANAN MENUJU PERJUMPAAN KEHADIRAT ALLAH TA'ALA."
Mereka lebih mementingkan menjaga dan membersihkan hati dari kotoran dan ketergantungan pada materi dan harta benda duniawi. Kondisi sulit, sempit dan miskin merupakan saat yang baik bagi mereka sebagai pencerahan dan penyucian hati untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala. Saat-saat sulit, ketika menerima cobaan dan musibah, mengandung rahasia hikmah yang sangat halus, yang hampir-hampir sulit tuk difahami, kecuali oleh orang-orang yang memiliki ketajaman penglihatan mata batin.
Didalam situasi tertimpa musibah, cobaan dan kesulitan itulah kehendak nafsu menjadi padam. Seseorang menjadi terhina dan tak berdaya. Sehingga lenyaplah segala sesuatu dalam pandangannya kecuali Allah Ta'ala. Dalam situasi seperti inilah, saatnya pertolongan Allah datang. Perhatikanlah firman Allah Ta'ala :
WA LAQAD NASHARA KUMULLAAHU BIYADRIN WA ANTUM WA DZILLATUN FATTAQULLAAHA LA'ALLAKUM TASYKURUUN
Artinya : "Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertaqwalah kepada Allah, agar kamu mensyukuri-Nya." (QS. Ali- Imran : 123)
Abu Ishaq Ibrahim Al-Harawi berkata : Barangsiapa yang menginginkan kemuliaan dari segala kemuliaan, hendaklah ia memilih 7 perkara, dan meninggalkan 7 yang lainnya yaitu :
- Hendaklah ia memilih faqir daripada kaya.
- Memilih lapar daripada kenyang.
- Memilih kerendahan daripada ketinggian.
- Memilih kehinaan daripada kemuliaan.
- Memilih bersikap tawadhu' dan meninggalkan sombong.
- Memilih susah daripada senang.
- Memilih mati daripada hidup.
Syaikh Ibnu Athaillah menyatakan :
RUBBAMAA WAJADTAL MAZIIDA FIL FAAQAATI MAA LAA TAJIDUHU FISH SHAWMI WASH SHALAAH
Artinya : "Bisa jadi Anda mendapatkan tambahan anugerah, pada saat kesulitan (menghadapi ujian dan cobaan), yang tidak Anda dapatkan dalam puasa dan shalat".
Datangnya kesulitan, ujian dan cobaan bagi hamba Allah yang menuju kehadirat-Nya, merupakan saat-saat yang baik baginya untuk memperoleh anugerah besar merupakan pembersihan hati dan memperbaiki kondisi batinnya, sehingga memperoleh keridha'an dan sampai berjumpa kehadirat-Nya. Selanjutnya Syaikh Ibnu Athaillah menyatakan lagi : "AlFAAQAATU BUSUTHUL MAWAAHIB" artinya Didalam berbagai ujian dan cobaan itu... terhampar anugerah besar dari Allah Ta'ala."
Berbagai kesulitan, ujian dan cobaan itu, akan menghadirkan seorang hamba merasa dekat dan berjumpa dengan Allah Ta'ala, didalam hamparan kejujuran dan kebenaran. Mendapatkan limpahan anugerah besar dari Tuhan, serta dibersihkannya dari noda dan dosa. Nah, Dengan keterangan kami ini dapatlah Anda petik hikmah yang berharga ini, agar kita selalu sabar dalam kesempitan dan suci hati dalam kesempatan, agar tujuan kita dalam menempuh hidup untuk menuju Kehadirat-Nya, terbebas dari pengaruh nafsu syahwat, terutama pada hari raya (id).
Komentar
Posting Komentar