"Barangsiapa yang memberi nasehat dengan memandang dirinya baik maka, dia akan berdiam diri bila berbuat kesalahan. Dan barangsiapa yang memberi nasehat, karena memandang (apa yang ia ucapkan) sebagai kebaikan dari Allah buat dirinya, maka, dia tidak berdiam diri bila berbuat kesalahan". Ketahuilah, Kata nasehat diatas yang kami ungkapkan, sungguh sangat bijaksana sekali untuk kita semua. Agar kita mengaku salah apa yang kita lakukan dengan segaja. Itulah lebih baik diam daripada banyak ucapan yang tidak bermanfa'at, ibarat emas dengan perak.
Barangsiapa yang menyaksikan kebaikan (ihsan) pada dirinya, lalu menjalankan keta'atan pada Tuhan-nya, lalu lidahnya menaburkan mutiara nasehat buat hamba Allah Ta'ala, maka Ketika dia terpeleset pada kesalahan dan apa yang dilakukan tidak sesuai dengan prilakunya maka : dia akan diam, tidak lagi mau memberi nasehat, karena merasa malu. Jika demikian, maka Yang demikian itu merupakan jalan orang-orang ahli ta'lif. Mereka masih memandang bahwa kebaikan-kebaikan yang dilakukan itu dari dirinya untuk Allah Ta'ala. Tetapi, bila seseorang melihat bahwa Kebaikan Allah pada dirinya, kebaikan yang dilakukan itu semata-mata dari Allah, bukan berasal dari dirinya sendiri, maka : dia akan tetap memberikan nasehat yang baik itu, sekalipun terkadang ia terpeleset pada kesalahan dan prilakunya tidak sesuai dengan nasehat yang diberikannya.
Dua kondisi ini, tidak ada bedanya baginya, karena kesaksiannya cuma pada ke-Esaan Allah Ta'ala. Yang terakhir ini merupakan jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang berma'rifat. Karena mereka memandang segala sesuatunya bersumber dan berasal dari Allah semata. Abu Abbas Al-Mursi ra. berpandangan bahwa Manusia itu terbagi menjadi tiga golongan yaitu :
Pertama Golongan yang selalu memperhatikan apa-apa yang dari dirinya yang diperbuat kepada Allah Ta'ala. Golongan ini, selalu memikirkan kekurangan diri dalam menunaikan kewajiban. Sehingga selalu berduka cita.
Kedua Golongan yang selalu cuma ingat pemberian-pemberian karunia Allah pada dirinya. Golongan kedua ini, selalu melihat semua itu adalah karunia Allah, maka merasa gembira atas karunia Allah itu. Sebagaimana firman Allah Ta'ala :
QUL BI FADHLILLAAHI WA BI RAHMATIHI FAA BI DZAALIKA FALYAFRAHUU HUWA KHAYRAN MIMMAA YAJMA'UUN.
Artinya : "Katakanlah : Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu, mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan". (QS. Yunus : 58)
Ketiga Golongan yang cuma memandang bahwa semua dari Allah dan kembali kepada Allah. Golongan ini, lupa pada dirinya sendiri, hanya teringat bahwa, asal dari Allah akan kembali kepada Allah, maka Terserah kepada Allah.
Syaikh Abu Hasan ra. berkata : "Orang arif adalah orang yang sudah mengetahui rahasia-rahasia karunia Allah didalam berbagai macam kesulitan, ujian dan cobaan yang menimpa padanya. Dan juga mengakui kesalahan-kesalahannya didalam belas-kasih Allah kepadanya".
Firman Allah Ta'ala :
FADZKURUU AALAA-ALLAAHI LA'ALLAKUM TUFLIHUUN.
Artinya : "Maka ingatlah ni'mat-ni'mat Allah, agar kamu mendapat keberuntungan." (QS. Al- A'raf : 69)
Syaikh Abu Hasan ra. berkata : "Pada suatu malam, saya membaca surah An-Nas hingga akhir surah yaitu : " Katakanlah : Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia, Raja manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan kedalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia." (QS. An-Nas : 1-6). Tiba-tiba terasa bagiku ada bisikan bahwa, sejahat-jahat bisikan yang berbisik dalam hati itu adalah yang menyusup antara Anda dengan Allah, untuk melupakan Anda dari karunia-karunia Allah yang halus-halus dan samar. Dan mengingatkan Anda kepada keburukan-keburukan, kesulitan, musibah yang menimpa Anda. Dengan begitu, sehingga Anda beralih dari sikap berbaik sangka (husnu zhan) kepada Allah menjadi berburuk sangka ( su'u zhan) kepada-Nya."
Nah, Semoga keterangan singkat ini, dapat Anda petik hikmahnya, agar Anda mampu menjadi manusia yang bijaksana dalam setiap tindakan. Nasehatlah diri sendiri sebelum Anda menasehati orang lain. Jika tak mampu memberi nasehat baik, maka berdiamlah diri, bahwa Anda telah mengaku ada kesalahan. Insya Allah, kita akan menjadi manusia yang berbudi baik.
Komentar
Posting Komentar