"Diantara tanda-tanda orang yang mengikuti kemauan hawa nafsunya ialah : ia sangat aktif mengerjakan amalan sunnah. Akan tetapi malas mengerjakan yang wajib". Ketahuilah, Ungkapan diatas tersebut, termasuk sebuah gambaran yang memperjelaskan bahwa Yang batil itu terasaaa ringan. Sedangkan yang haq itu terasaaa berat untuk dikerjakan.
Hmmm... Ini merupakan sebuah gambaran akan realitas mayoritas seorang hamba. Coba Anda selalu perhatikan, ketika diantara orang, ada yang mengatakan bahwa : "Bertaubat terlihat begitu aktif menjalankan ibadah sunnah, seperti Puasa sunnah, shalat malam, memperbanyak berdzikir, berkali-kali pergi ke Baitul Haram dan baaanyak lagi berbagai bentuk amalan sunnah lainnya. Tetapi " Kenapa tidak terfikirkan oleh seseorang itu mengenai kewajiban-kewajiban yang ia terlewatkan dan terabaikan. ASTAGHFIRULLAAHAL 'AZHIIM, Mereka tidak benar-benar melatih dan berjuang dengan sungguh untuk mengendalikan hawa nafsunya Maka Amalan- amalan sunnah itu, sesungguhnya tidak memberi pengaruh yang signifikan Manakala amalan fardhu dan wajib terabaikan.
Ketahuilah Anda sekalian, "Barangsiapa yang lebih mementingkan amalan-amalan sunnah daripada fardhu, maka dia adalah Orang-orang yang tertipu daya". Muhammad bin Abi Al-Warid mengatakan bahwa Kebinasaan manusia terjadi dua perkara yaitu :
(1) Sibuk mengerjakan yang sunnah, dan menyia-nyiakan yang wajib (fardhu).
(2) Dan dalam beramal hanya mementingkan kebagusan zahir, tidak menembus dan merasuk kedalam hati.
Zahiriahnya beramal tetapi hatinya ma'siat. Sesungguhnya terhalangnya seorang hamba untuk bisa sampai kehadhirat Allah, karena mereka mengabaikan yang pokok-pokok. Sekalipun ia terlihat sibuk dengan amalan cabang. Bagaimana cabang itu bisa ada dan bernilai kalau pokoknya tidak tegak dan rapuh. Ketahuilah, Terputuslah seorang hamba dari Allah itu dikarenakan ada dua perkara : Pertama Mengejar amal-amal sunnah dan meninggalkan yang wajib. Kedua Memperbaiki zahiriahnya amal, tetapi tidak memperhatikan keikhlasan beramal yang merupakan ruh dari suatu amal perbuatan. Padahal Allah tidak akan menerima amal perbuatan kecuali yang ikhlas dan tepat menurut tuntunan syari'at.
Syaikh Abu Thalib Al-Makki berkata bahwa : Sesuatu yang terbaik bagi seorang hamba adalah : "Mengenal diri sendiri. Dia memulai aktivitas amal ibadah yang wajib baginya dan menjauhi yang dilarang. Tidak sibuk dengan mencari yang sunnah sebelum yang fardhu ditunaikan dengan sempurna. Karena yang sunnah tidaklah sah bila belum selamat dari yang fardhu. Sebagaimana halnya untung bagi seorang pedagang, mana bisa diperoleh, bila modal pokoknya saja hangus dan ludes. Barangsiapa yang tidak bisa mencapai selamat, mana bisa ia mencapai keutamaan. Dalam kondisi ini, ia menjadi jauh dari nilai utama dan dekat pada ketertipuan. Semoga dengan keterangan kami yang singkat ini, dapat Anda petik pelajarannya, agar Selalu mengutamakan yang haq daripada yang batil, mengutamakan yang wajib daripada yang sunnah, segala yang wajib dikerjakan, barulah yang sunnah diterima. Inilah yang haq bukan batil.
Komentar
Posting Komentar