"Seringkali orang arif itu, merasa malu memohon keperluannya kepada Allah, karena tidak puas mengikuti kehendak-Nya. Lalu bagaimana ia tidak malu menyampaikan keperluannya kepada sesama makhluq (tentu lebih malu)". Adab bagi orang-orang yang arif ahli hakikat dihadapan Allah Ta'ala adalah : "Tidak meminta dan memohon kepada Allah", Merasa cukup ridha dan menerima apa yang ditentukan dan dikehendaki oleh Allah. Mereka merasa malu meminta kepada Allah mengenai hajat dan kebutuhannya. Bagi mereka malu meminta kepada Allah adalah : "Sebuah keharusan".
Oleh karena itu, mereka tidak meminta sesuatupun kepada Allah Ta'ala, dan tidak pula mengajukan permohonannya. Karena : Sebagai hamba yang mengabdi kepada allah Ta'ala. hajat dan kebutuhan menjadi keniscayaan yang tidak terpisahkan bagi kehidupannya. Sementara Allah Yang Maha Kaya dan mencukupi, yang hanya kepada-Nya mereka mengabdi, tentu tahu dan akan memilihkan yang terbaik bagi mereka, tanpa harus meminta dan mengajukan permohonan kepada-Nya. Karena Mereka telah memutuskan harapan dan keinginannya dari yang selain Dia.
Ustadz Abu Ali Ad-Daqaq berkata : "Diantara tanda dari ma'rifat, tidak meminta dan memohon mengenai hajat dan kebutuhan. Baik kebutuhan yang kecil maupun besar, kecuali hanya kepada Allah Ta'ala semata. Seperti Nabi Musa as, ketika sangat rindu ingin melihat Allah Ta'ala. Beliau berkata, sebagaimana disebutkan dalam ayat : QAALA RABBI ARNII ANZHUR ILAYKA.
Artinya : " Berkata Musa : " Ya Tuhan-ku, tampakkanlah (diri-Mu), agar aku dapat melihat-Mu". (QS. Al-A'raf : 142).
Dan suatu ketika ia berhajat menginginkan sepotong roti, ia berdo'a, sebagaimana dalam ayat berikut : RABBI INNII LIMAA ANZALTA ILAYYA MIN KHAYRIN FAQIIRA
Artinya : "Ya Tuhan-ku, Sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku". (QS. Al-Qashshash : 24)
Allah berfirman yang artinya : "(Berinfaqlah) kepada orang-orang faqir yang terikat (oleh jihad) dijalan Allah. Mereka tidak dapat (berusaha) dibumi. Orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (dijalan Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui". (QS. Al-Baqarah : 273)
Abu Hasan As-Syadzili ketika ditanya tentang kimia, ia menjawab :"Keluarkan semua makhluq dari dalam hatimu, dan putuskan harapan untuk mendapat sesuatu selain yang telah ditentukan Tuhan untukmu".
Allah berfirman : FASHBIR LIHUKMI RABBIKA FAA-ANNAKA BI- A'YUNINAA
Artinya : "Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Tuhan-mu, maka sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan Kami". (QS. Ath-Thur : 48).
Diantara mereka ada yang enggan menerima belas kasihan dari orang lain, dia hilangkan harapannya dari uluran tangan orang lain. Diceritakan dari Hammad bin Salamah bahwa : Beliau bertetangga dengan seorang janda yang mempunyai beberapa anak yatim. Pada suatu malam yang kebetulan hujan turun dengan lebatnya. Aku mendengar samar-samar suara janda itu : "Wahai Dzat Yang Maha Pemurah, basuhlah kami dengan kasih-sayang-Mu". Mendengar suara itu, hatiku berkata Bahwa janda itu menderita kekurangan dan sangat membutuhkan pertolongan. Aku menahan diri menunggu hujan reda. Setelah hujan reda, aku membawa 10 dinar menuju padanya. Aku ketuk pintu. Dia berkata : "Hammad bin Salamah?" Sambil merasa heran, dan menyebut namaku. Aku menjawab : "Ya, bagaimana keadaanmu?" Sambungku. Wanita itu menjawab : "Baik dan sejahtera". Aku berkata : "Ambillah ini dinar, pakailah untuk keperluanmu". Tiba-tiba terdengar suara jeritan anak perempuannya : "Apa yang tuan inginkan, wahai Hammad, apakah hubungannya tuan, antara kami dengan Tuhan yang kami sembah?". Lalu ia berkata pada ibunya, ketika ibunya mengeras suara dengan menzahirkan rahasia. Aku menjadi tahu bahwa : Allah berkenan menjadikan adab kita, dan Dia- berkenan menzahirkan kasih-sayangnya melalui tangan makhluq-Nya.
Nah, Semoga kutipan dari kami ini, dapat Anda petik hikmahnya, agar selalu menjaga adab kepada Allah. Sesungguhnya kunci pada seorang mukmin yang bertaqwa adalah mukmin yang hatinya selalu istiqamah dan ikhlas. Itulah kuncinya untuk mendapatkan keridha'an disisi-Nya. Insya Allah, kita akan mampu mencapai derajat taqwa, bila hati sudah di isi iman dan tauhid yang benar.
Komentar
Posting Komentar