"Apabila Anda menghadapi dua pilihan yang membingungkan maka Perhatikan mana yang lebih berat (yang tak disukai) oleh nafsu Anda. Lalu jatuhkan pilihan Anda padanya. Karena sesungguhnya tidaklah yang berat bagi nafsu, melainkan dia yang benar". Ketahuilah, sebenarnya ini merupakan kaidah dan mengukur kita untuk memilih dua pilihan yaitu Yang kabur dan membingungkan.
Nafsu dengan segala karakter dan tabi'atnya selalu cenderung pada suatu yang tidak baik dan menyesatkan, sekalipun pada awalnya terasa menyenangkannya. Nafsu akan selalu merasa berat dan enggan pada kebenaran. Dia lebih memilih sesuatu yang menyenangkan dan mementingkan pada dirinya sendiri. Didalam masalah kema'siatan, peran nafsu begitu jelas. Sementara dalam keta'atan dia akan memainkan perannya secara halus dan bersifat batin.
Bila kita menempuh suatu perjalanan menuju kehadhirat Allah, mendapatkan atau merasakan nafsu kita senang menjalankan sesuatu, maka "Sesuatu itu jelas tidak baik". Dan ketika kita merasakan nafsu kita merasa berat menjalankan sesuatu, maka "Sesuatu pada hakikatnya adalah baik bagi kita ", Karena Nafsu cenderung dan senang pada yang tidak baik, dan merasa berat dan enggan melakukan sesuatu yang baik.
Seorang arifbillah ada yang berkata : Selama 20 tahun hatiku tidak pernah merasa tenang sesaatpun pada nafsu. Tenangnya hati pada nafsu itu ialah : Kecenderungan hati mengikuti yang paling ringan bagi kehendak nafsu, bukan pada yang terberat bagi nafsu. Yang seperti ini bagi mereka, kaum sufi merupakan bentuk nifaq (kemunafiqkan) hati. Barangsiapa yang terasa masih ada desakan dan dorongan hawa nafsu sekalipun kecil, maka Apa yang terasa ringan untuk dikerjakan oleh nafsu, sesungguhnya itu tidak baik, karena Hawa nafsu tidak akan cenderung dan ringan dalam menjalankan sesuatu, melainkan tentu sesuatu itu adalah Batil.
Ketahuilah, Bila Anda dihadapkan pada dua perkara, baik perkara wajib maupun sunnah, sementara Anda tidak mengetahui mana yang lebih wajib dan lebih utama, mana yang harus didahulukan maka : Perhatikan dengan seksama, mana yang terasa lebih berat bagi nafsu, maka Pilihlah dan lakukanlah apa yang terasa berat bagi nafsu Anda itu. Karena, Nafsu Muthmainnah tidak bersifat bodoh. Tetapi Terkadang amal itu terasa ringan oleh nafsu, namun, hal ini tidak menunjukkan atas kebatilan amal itu. Bila demikian, maka Hendaklah kita merenungkan dan mengamati, mana yang lebih besar manfa'at dan faedahnya, maka "PILIHLAH IA".
Bila Anda merasa kabur dan bingung, apakah yang akan Anda kerjakan itu, baik atau buruk, apakah sesuatu itu haq atau batil, maka "Hadirkan timbangan maut". Jika Anda merasa tidak takut mati dalam mengerjakan itu, maka "Jatuhkan pilihan padanya". Karena Maut itu adalah Sesuatu yang haq. Dan bila yang haq itu datang maka LENYAPLAH YANG BATIL.
Firman Allah Ta'ala :
BAL NAQDZIFU BIL HAQQI 'ALAL BAATHILI FAYAD MAGHUHU FAA- IDZAA HUWA ZAAHIQU
Artinya : "Sebenarnya Kami melontarkan yang haq kepada yang batil. Lalu yang haq itu menghancurkannya, maka dengan serta merta yang batil itu sirna." (QS. Al-Anbiya' : 18)
"QUL INNA RABBII YAQDZIFU BIL HAQQI 'ALLAMUL GHUYUUB
Artinya : "Katakanlah : Sesungguhnya Tuhan-ku mewahyukan kebenaran. Dia- Maha Mengetahui segala yang ghaib." (QS. Saba' : 48)
WA QUL JA-AA-AL HAQQU WA ZAHAQAL BAATHILU INNAL BAATHILA KAANA ZAHUUQAA
Artinya : "Dan katakanlah : "Yang benar telah datang dan yang batil telah sirna", Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap." (QS. Al-Isra' : 81)
Nah, Demikianlah yang kami kutipkan ini, agar kita semua tidak diperdaya oleh nafsu. Oleh karena itu, ketika Kita telah berada dalam kebenaran, maka Tidak akan dilenyapkan oleh maut. Karena maut adalah "HAQ", Sedangkan Haq tidak akan menyerang dan menghancurkan kebenaran. Insya Allah kita mampu merdeka, bila dapat meredam nafsu dengan kimia penyucian diri.
Komentar
Posting Komentar