Langsung ke konten utama

TERIMALAH PEMBERIAN ITU SEBAGAI ANUGERAH ALLAH


            "Jangan Anda serta-merta mengulurkan tangan menerima sesuatu pemberian dari makhluq kecuali bila Anda telah berkeyaqinan bahwa Pemberian itu berasal dari Allah Ta'ala. Jika Anda telah berperasaan seperti itu, terimalah pemberian itu sesuai dengan ilmu yang Anda miliki". Sungguh, ini perkara penting merupakan kaidah yang perlu kalian diketahui, terutamanya adalah Bagi orang yang menempuh jalan menuju mendekatkan diri terhadap Allah. 

            Dalam hubungannya dengan datangnya pemberian dari sesama makhluq, pada dasarnya secara garis besar, rezeki seseorang itu, diperoleh dengan 2 jalan. Yaitu Pertama : Rezeki yang kalian dapati dengan jalan sebab-sebab melalui usaha dan berkarya seperti Dengan berdagang, berbisnis dll. Perkara seperti, merupakan jalan yang kalian tempuh melalui sebab-sebab (maqam kasab). Ini kebanyakan orang. Kedua : Rezeki yang datang melalui tangan makhluq maksudnya pemberian orang kepada kalian. Tanpa melalui proses bekerja dan tidak pula berusaha. Yang kedua ini, merupakan ihwal kalian bermaqam tajrid.

                   Bagi keduanya, tentu terdapat etika dan adab yang harus kalian perhatikan. Ketahuilah, Bagi kelompok pertama, tidak menjadi pembahasan utama dalam kutipan ini. Sebab Sudah dijelaskan dalam disiplin ilmu Fiqih dan ilmu lainnya. Kelompok ini, mendasarkan usaha dan ikhtiarnya dengan kalkulasi rasional sesuai ilmu keduniaan dalam pencarian dan usahanya. Karena mengedepankan sebab musabab yang kaedah-kaedahnya sudah dijelaskan dalam kitab Fiqih tentang mu'amalah. Sedangkan adab bagi kelompok kedua, yang bermaqam tajrid. Sebagaimana yang dijelaskan oleh syaikh Ibnu Athaillah dalam pernyataan beliau bahwa : "Bagi kelompok yang bermaqam kasab dan tajrid, juga terdapat syarat-syarat yang harus diperhatikan, ketika hendak mengambil dan menerima pemberian dari orang lain".

                      Jadi, diantara syarat-syarat yang sah kalian menerima pemberian orang lain itu adalah : "Hendaklah kalian itu melihat pemberian itu melainkan dari Allah", Ini merupakan syarat utama ketika kalian mengambil dan menerima pemberian dari orang lain. Sebagai wujud dan kesungguhan ketauhidan kalian dan pengosongan diri kalian dari dunia usaha. Kalian harus bersifat qana'ah, bertawakkal, membebaskan kalian dari ketergantungan pemberian orang lain sesama makhluq.

                   Jika kalian tidak bersifat demikian, maka kalian adalah penghamba manusia. Hati memiliki ketergantungan kepada makhluq, menjadi tamak. Suka berkeinginan terhadap apa yang ada ditangan orang lain. Hingga menyebabkan kalian terjatuh pada dosa kema'siatan hati, panca indera dan anggota tubuh lainnya seperti : Riya',Ujub,Nifaq Dan berpenampilan yang dibuat dan sifat-sifat tercela lainnya yang bertentangan dengan sifat-sifat penghambaan kepada Allah 'Azza wa Jalla. Sebagaimana sudah kami dijelaskan tadi diatas bahwa Pengosongan diri dari dunia usaha, memfokuskan diri dan mendaya pungsikan semua potensi hanya untuk mengabdi dan beribadah kepada Allah merupakan maqam yang mulia dan terpuji, bagi orang yang ahli taqwa. Senantiasa  muraqabah kepada Allah, yang tidak bisa dihindarkannya karena merupakan pilihan Allah baginya. Bukan atas  kehendaknya sendiri, totalitas kesibukannya hanya untuk mengabdi kepada Allah Ta'ala semata.

               Jika demikian, maka Kalian berada dalam penjagaan dan pengaturan Allah Ta'ala. Terbuka bagi kalian rahasia ke-Maha Esaan Allah, dan tidak menggantungkan pada sebab akibat. Ibrahim Al-Khawas berkata : "Seorang sufi, tidak harus mesti memilih jalan tidak berusaha, terkecuali jika memang sudah cukup keadaannya".  Abu Abdullah Al-Qurasi berkata : "Selama keinginan berusahj itu kuat dalam dirinya, maka bekerja dan usaha itu lebih utama."

                Nah, semoga keterangan singkat ini, bermanfa'at buat kalian, agar tujuan mulia kalian itu, diterima oleh Allah, sesuai kadar hidup kita. Bergantunglah kepada Allah, hanya Allah lah tempat sekalian bergantung terutama yang ada dimajelis kami ini, semoga dihati kita semua, benar-benar hanya kepada Allah semata, bukan dari sebab akibat. Insya Allah, perjalanan menuju kehadhirat-Nya, terbentang nur untuk akhir perjalanan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KHUSYU' DAN HUDHUR

"Sungguh, berbahagialah orang-orang mu'min yakni mereka  yang khusyu' dalam shalatnya" (QS. Al-Mu'minun 23 : 1-2)           Disini kita mengutip lagi tentang khusyu' dan hudhur, agar Anda memahami tentang maksud makna arti kedua ini, biar Anda jelas apa itu khusyu' dan apa itu hudhur. Mari simak kembali, biar Anda puas memahami maksudnya. KHUSYU' Ketahuilah, Banyak para ulama kita yang beda pendapat memaknai khusyuk itu pendapat pertama menyebut bahwa Khusyu' dalam shalat bisa diperoleh dengan memejamkan mata, merendahkan suara, dan tidak melirik kekanan dan kekiri. Pendapat yang lain mengatakan bahwa Bila shalat sudah dimulai hendaklah ia tidak mempedulikan disekelilingnya, atau tidak ada orang sebelah kanannya maupun disebelah kirinya, serta menganggap tidak ada pekerjaan lain yang lebih penting selain shalat. Pendapat yang lain pula mengatakan bahwa Khusyu' dapat dicapai dengan mengerahkan ingatan hanya pada Allah dengan seg...

JANGAN HANYUT DAN TERTIPU OLEH PUJIAN

                           Pujian adalah suatu penghalang seorang hamba yang hendak menetapkan hatinya untuk khusyu' kepada Allah, maka perlu kita waspadai diri kita atas pujian manusia.  Ingatlah, tipu daya pujian dapat merusak imannya yang bertauhid, karena orang yang beriman itu, bila ia mendapat pujian, tentu ia merasa takut kepada Allah, dan tentu pujian itu menghalangi suatu perjalanan dirinya tuk menuju hadirat-Nya.  Daripada itu, berdo'alah jika Anda dipuji, agar pujian itu tidak singgah kedalam hati.  Bila hanyut dan tertipu oleh pujian, maka itu sebagai tindakan yang membahayakan hatinya. AJHALUN NAASI MAN TARAKA YAQIINA MAA 'INDAHU LI-ZHANNI MAA 'INDAN NAAS Artinya : " Manusia yang paling bodoh itulah yang suka mengabaikan keyaqinan yang ada pada dirinya. Karena mengikuti dugaan yang ada pada orang lain." Ingatlah! Hanyut dan tertipu dengan pujian dan sanjungan manusia a...