Langsung ke konten utama

ANTARA MA'SIAT DAN RAHMAT ALLAH


                Kema'siatanan yang menyebabkan merasa terhina dan rendah diri (disertai bertaubat dan berharap rahmat dan belas-kasih Allah), lebih baik daripada ta'at yang membangkitkan rasa mulia diri dan keangkuhan. Rasa hina dan rendah adalah sifat kehambaan. Sebaliknya,  kemaha muliaan dan kemaha besaran adalah sifat ke-Tuhanan.

             Tidak ada kebaikan sama sekali didalam keta'atan seorang hamba, bila masih melekat padanya yang bertentangan  dengan penghambaan. Karena apa ?? KARENA SIFAT SEPERTI ITU, AKAN MELEBUR. DAN MEMBATALKAN KETA'ATAN SEORANG HAMBA, Sebab BENTUKNYA SEBAGAI KEMA'SIATAN BAGI SEORANG HAMBA. Yang juga menghanguskan nilai pahala dari suatu keta'atannya tersebut.

              Sayid Abu Madyan ra berkata : " Rasa terhina bagi orang-orang yang berma'siat, lebih baik daripada perasaan sombong bagi orang yang ta'at ". Diriwayatkan dari Aban bin Iyas, ia berkata :" Pada suatu ketika aku keluar dari bertemu Anas bin Malik ra. di Bashrah. Aku melihat jenazah diusung didalam keranda oleh 4 orang. Aku tidak melihat ada orang lain yang ikut mengantarkan jenazah itu. Aku berkata dalam hati : " SUBHAANALLAH " Dipasar Bashrah jenazah seorang muslim tidak ada seorangpun yang mengantarkan selain 4 orang yang mengusungnya. Biarlah aku sebagai orang yang kelima ikut  mengantarkannya". Ketika jenazah itu diletakkan untuk dishalati, mereka berkata kepadaku : "Silahkan tuan maju kedepan sebagai imam". Aku menjawab : "Kalian lebih utama". Mereka menjawab : " Kita sama-sama". Maka aku maju menjadi imam shalat jenazah. Setelah selesai dishalati, aku bertanya kepada mereka mengenai kisah jenazah itu. Dia adalah jenazah orang ahli melakukan ma'siat. Tiga hari lalu dia jatuh sakit.

                   Dia berpesan kepada ibunya, agar tidak memberitahukan kepada para tetangga bila ia mati, karena  mereka tidak akan menghadiri jenazahnya. Dan bahkan akan mencaci maki. Dia juga berpesan pada ibunya, agar meletakkan cincin yang bertuliskan kalimat "LAA ILAAHA ILLALLAAHU MUHAMMADUR RASUULULLAAHI",Dia berharap dengan tulisan itu, agar Allah menerimanya dan merahmatinya. Dan dia meminta pada ibunya, meletakkan telapak kaki dipipinya sambil mengucap : " Inilah balasan orang ma'siat kepada Allah ", Lalu dia meminta pada ibunya, agar menengadahkan tangannya kepada Allah Ta'ala, sambil berucap : " Aku ridha padanya (anakku), maka hendaklah kiranya Engkau ya Allah meridhainya". Sang ibu melaksanakan semua yang diwasiatkan oleh anaknya itu. Ketika ia menengadahkan tangan kelangit, ia mendengar suara pasih anaknya : " Wahai ibuku, pergilah, tinggallah aku, aku telah diterima oleh Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Mulia."

                     Inilah Ikhwan dan Akhwati, kisah dari Aban bin Iyas, mengisahkan cerita yang begitu menyentuh kita. SUBHAANALLAAH, Jadi kisah ini mencerminkan kepada kita bahwa Kemuliaan seseorang itu bila tidak disertai ta'at kepada Allah, atau pun ia ta'at dalam ibadah, tetapi tidak menyimpan sifat rendah hati, maka sama saja ia menghancurkan keta'atannya selama ia beribadah didalam hidupnya. Ia sombong, angkuh, bangga akan teta'atan. Dan memuliakan dirinya sendiri daripada orang lain. Maka Allah melenyapkan pahala amal ibadahnya dikarenakan keangkuhan dan kesombongannya. Sebaliknya, sifat kemuliaan dan rendah hati, walaupun ia berbuat salah atau berma'siat didalam hidupnya, akhirnya ia sadar akan kesalahannya selama hidup dan lalu bertaubat, maka Allah menerima taubatnya. Inilah kemuliaan Allah terhadap hamba-Nya. Inilah dua contoh untuk kita, selalu berbuat baik diantara sesama. INGATLAH Dua kata ini " RASA HINA DAN RENDAH ADALAH SIFAT PENGHAMBAAN.
DAN KEMAHA MULIAAN DAN KEMAHA BESARAN ADALAH SIFAT ALLAH "

                  Jadi, kita tidak perlu bangga diri dan sombong. Yang mulia itu adalah ALLAH. Yang Tinggi itu adalah ALLAH. Dan kebanggaan kebesaran itu milik ALLAH. Kita ini tidak ada, kita ini rendah dan hina. Maka patutlah kita sebagai hamba-Nya merendahkan diri, dan mesti berbuat baik. Daripada itu, tugas kita adalah " Ta'at dan patuh atas segala perintah-Nya. Inilah sifat kehambaan". Nah, Semoga dengan penjelasan diatas, dapatlah kalian petik pelajaran ini, sebagai modal untuk menjadi hamba-Nya yang shaleh. Agar kita terhindar dari segala perbuatan ma'siatan dan kefasikkan. Lebih dan terkurang dalam penyampaian ini. Kami atas nama pribadi mohon ma'af, jika ada kata yang menyinggung kalian semua. Sekali lagi kami mohon dima'afkan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KHUSYU' DAN HUDHUR

"Sungguh, berbahagialah orang-orang mu'min yakni mereka  yang khusyu' dalam shalatnya" (QS. Al-Mu'minun 23 : 1-2)           Disini kita mengutip lagi tentang khusyu' dan hudhur, agar Anda memahami tentang maksud makna arti kedua ini, biar Anda jelas apa itu khusyu' dan apa itu hudhur. Mari simak kembali, biar Anda puas memahami maksudnya. KHUSYU' Ketahuilah, Banyak para ulama kita yang beda pendapat memaknai khusyuk itu pendapat pertama menyebut bahwa Khusyu' dalam shalat bisa diperoleh dengan memejamkan mata, merendahkan suara, dan tidak melirik kekanan dan kekiri. Pendapat yang lain mengatakan bahwa Bila shalat sudah dimulai hendaklah ia tidak mempedulikan disekelilingnya, atau tidak ada orang sebelah kanannya maupun disebelah kirinya, serta menganggap tidak ada pekerjaan lain yang lebih penting selain shalat. Pendapat yang lain pula mengatakan bahwa Khusyu' dapat dicapai dengan mengerahkan ingatan hanya pada Allah dengan seg...

JANGAN HANYUT DAN TERTIPU OLEH PUJIAN

                           Pujian adalah suatu penghalang seorang hamba yang hendak menetapkan hatinya untuk khusyu' kepada Allah, maka perlu kita waspadai diri kita atas pujian manusia.  Ingatlah, tipu daya pujian dapat merusak imannya yang bertauhid, karena orang yang beriman itu, bila ia mendapat pujian, tentu ia merasa takut kepada Allah, dan tentu pujian itu menghalangi suatu perjalanan dirinya tuk menuju hadirat-Nya.  Daripada itu, berdo'alah jika Anda dipuji, agar pujian itu tidak singgah kedalam hati.  Bila hanyut dan tertipu oleh pujian, maka itu sebagai tindakan yang membahayakan hatinya. AJHALUN NAASI MAN TARAKA YAQIINA MAA 'INDAHU LI-ZHANNI MAA 'INDAN NAAS Artinya : " Manusia yang paling bodoh itulah yang suka mengabaikan keyaqinan yang ada pada dirinya. Karena mengikuti dugaan yang ada pada orang lain." Ingatlah! Hanyut dan tertipu dengan pujian dan sanjungan manusia a...