Langsung ke konten utama

JANGAN BERBURUK SANGKA KEPADA ALLAH KETIKA MENDAPAT MUSIBAH


                      Barangsiapa yang mengira akan lepasnya kasih-sayang Allah dari ketetapan-Nya, maka Yang seperti itu adalah dikarenakan kedangkalan penglihatannya. Dangkalnya penglihatan seseorang terhadap kehalusan kasih- sayang Allah, didalam memahami ketetapan atau qadar Allah, tidak lain hanyalah dikarenakan kelemahan keyaqinan. Dan minimnya berbaik sangka kepada Allah Ta'ala Yang Maha Bijaksana dalam ketetapan qadar. Seandainya seorang hamba memiliki pandangan dan pemahaman yang baik, tentu dia akan mengetahui bahwa :" Dapat qadar Allah itu mengandung kebaikan dan kemaslahatan yang tak terhingga banyaknya yang belum diketahui".

                      Sebagian orang shaleh yang arif berkata :" Aku menderita satu penyakit, aku lebih suka kalau penyakit itu tidak hilang dariku". Umar bin Hasim menderita sakit yang membuatnya tidak bisa bangun dan tidak pula bisa duduk. Ia terbaring ditempat tidurnya yang berlubang sebagai tempat pembuangan kotoran dan air seninya selama 30 tahun. Ketika  Muthrif  saudaranya,  Al-Ala' bin As-Syaikhir datang menjenguknya. Ia menangis melihat kondisinya yang sangat memprihatinkan. Meliha  Al-Ala' menangis, Umar bin Hasim berkata : " Mengapa engkau menangis ?, Ala' menjawab : " Karena melihat keadaanmu yang sangat memprihatinkan, aku tak kuasa menahan air mataku." Umar berkata : " Jangan menangis, hapus air matamu. Sesungguhnya aku menyukai apa yang disukai Allah mengenai apa yang menimpaku". Selanjutnya Umar menceritakan peristiwa yang terjadi padanya kepada Ala', sambil berkata : " Aku ceritakan sedikit kejadian padamu. Semoga kiranya Allah memberikan manfa'at dengannya kepadamu, tetapi kamu harus menyimpan dan merahasiaknnya hingga akhir mati. Wahai Ala'.... Dalam kondisi sakit begini, aku sering dikunjungi malaikat yang menghibur dan mententramkan aku. Malaikat itu datang dengan menyampaikan salam kepadaku dan aku mendengar jellas samarnya."

                        Masih banyak lagi cerita tentang para kekasih Allah yang mendapatkan ujian berat menderita sakit. Tetapi mereka menerimanya dengan penuh keridha'an dan keikhlasan terhadap ketetapan yang menjadi pilihan Allah atasnya itu. Banyak dijelaskan didalam hadits Nabi Muhammad saw. Diantaranya yakni " Bila Allah menyukai seorang hamba maka  Dia- akan mengujinya dengan cobaan yang berat. Dan bila ia menerima, maka ia termasuk hamba pilihan. Apabila ia ridha menerimanya, maka ia termasuk orang yang istimewa." 

                        Disebutkan pula, bahwa : Musibah dan cobaan itu, bila diterima dengan sabar dan kerelaan sebagai taqdir Allah, maka : Akan menjadi kafarat (pelebur) dosa-dosa dan kesalahannya. Minimnya keta'atan dan keterbatasan ibadah seorang hamba, sementara Allah hendak memberikan pemberian dan anugerah yang besar padanya, maka hal ini ditempuh dengan jalan menurunkan musibah dan ujian yang berat kepadanya. Oleh karena itu, hendaklah seorang hamba, berbaik sangka kepada Allah, dan meyaqini sepenuhnya bahwa : " APA YANG MENJADH PILIHAN ALLAH ATASNYA ITU, LEBIH BAIK DARIPADA APA YANG MENJADI KEINGINAN NAFSUNYA SENDIRI "

                         Disebutkan dalam hadist Imam Muslim, dari Su'aib ra bahwa Nabi saw bersabda : 'AJABAN LI- AMRIL MU'MINI INNA AMRAHU KULLAHU KHAYRAN WA LAYSA DZAALIKA LI AHADIN ILLAA LIL MU'MINI IN ASHAABAHU SYARRUN FASYAKARA KAANA KHAYRAN LAHU WA IN ASHAABAHU DHURRUN FASHAYARA KAANA KHAYRAN LAHU.
Artinya : " Mengagumkan mengenai urusan orang mukmin, karena semuanya adalah sebagai kebaikan. Yang demikian itu, tidak terjadi pada seorangpun selain orang " Mengagumkan mengenai urusan orang mukmin, karena semuanya adalah sebagai kebaikan. Yang demikian itu, tidak terjadi pada seorangpun selain orang mukmin. Bila ia ditimpa musibah yang buruk, dia bersyukur., maka Allah jadikan keburukan musibah itu sebagai kebaikan baginya. Bila ditimpa sesuatu yang membahayakan, ia bersabar. Sehingga jadilah ia sebagai kebaikan pula baginya."

                            Nah, Semoga kutipan ini, dapat kalian petik hikmahnya, agar kita semua, tidak berburuj sangka kepada Allah, bila kita ditimpa suatu musibah. Itu semua Allah menguji iman kita, agar kita selalu sabar dan tabah. Lebih dan terkurang dalam hal ini, semoga ada manfa'atnya buat kita semua.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KHUSYU' DAN HUDHUR

"Sungguh, berbahagialah orang-orang mu'min yakni mereka  yang khusyu' dalam shalatnya" (QS. Al-Mu'minun 23 : 1-2)           Disini kita mengutip lagi tentang khusyu' dan hudhur, agar Anda memahami tentang maksud makna arti kedua ini, biar Anda jelas apa itu khusyu' dan apa itu hudhur. Mari simak kembali, biar Anda puas memahami maksudnya. KHUSYU' Ketahuilah, Banyak para ulama kita yang beda pendapat memaknai khusyuk itu pendapat pertama menyebut bahwa Khusyu' dalam shalat bisa diperoleh dengan memejamkan mata, merendahkan suara, dan tidak melirik kekanan dan kekiri. Pendapat yang lain mengatakan bahwa Bila shalat sudah dimulai hendaklah ia tidak mempedulikan disekelilingnya, atau tidak ada orang sebelah kanannya maupun disebelah kirinya, serta menganggap tidak ada pekerjaan lain yang lebih penting selain shalat. Pendapat yang lain pula mengatakan bahwa Khusyu' dapat dicapai dengan mengerahkan ingatan hanya pada Allah dengan seg...

JANGAN HANYUT DAN TERTIPU OLEH PUJIAN

                           Pujian adalah suatu penghalang seorang hamba yang hendak menetapkan hatinya untuk khusyu' kepada Allah, maka perlu kita waspadai diri kita atas pujian manusia.  Ingatlah, tipu daya pujian dapat merusak imannya yang bertauhid, karena orang yang beriman itu, bila ia mendapat pujian, tentu ia merasa takut kepada Allah, dan tentu pujian itu menghalangi suatu perjalanan dirinya tuk menuju hadirat-Nya.  Daripada itu, berdo'alah jika Anda dipuji, agar pujian itu tidak singgah kedalam hati.  Bila hanyut dan tertipu oleh pujian, maka itu sebagai tindakan yang membahayakan hatinya. AJHALUN NAASI MAN TARAKA YAQIINA MAA 'INDAHU LI-ZHANNI MAA 'INDAN NAAS Artinya : " Manusia yang paling bodoh itulah yang suka mengabaikan keyaqinan yang ada pada dirinya. Karena mengikuti dugaan yang ada pada orang lain." Ingatlah! Hanyut dan tertipu dengan pujian dan sanjungan manusia a...