Pujian adalah suatu penghalang seorang hamba yang hendak menetapkan hatinya untuk khusyu' kepada Allah, maka perlu kita waspadai diri kita atas pujian manusia. Ingatlah, tipu daya pujian dapat merusak imannya yang bertauhid, karena orang yang beriman itu, bila ia mendapat pujian, tentu ia merasa takut kepada Allah, dan tentu pujian itu menghalangi suatu perjalanan dirinya tuk menuju hadirat-Nya. Daripada itu, berdo'alah jika Anda dipuji, agar pujian itu tidak singgah kedalam hati. Bila hanyut dan tertipu oleh pujian, maka itu sebagai tindakan yang membahayakan hatinya.
AJHALUN NAASI MAN TARAKA YAQIINA MAA 'INDAHU LI-ZHANNI MAA 'INDAN NAAS
Artinya : " Manusia yang paling bodoh itulah yang suka mengabaikan keyaqinan yang ada pada dirinya. Karena mengikuti dugaan yang ada pada orang lain."
Ingatlah! Hanyut dan tertipu dengan pujian dan sanjungan manusia adalah Sebuah kebodohan yang sangat membahayakan Anda, Karena Tertipu dengan pujian manusia itu, akan melupakan kekurangan dan aib yang begitu jelas Anda ketahui terhadap diri Anda sendiri. Sementara pujian orang lain terhadap Anda itu, hanyalah terjadi atas dugaan orang lain itu terhadap kebaikan Anda.
.
Al-Muhasabi menyatakan bahwa : " Orang yang senang dan rela dengan pujian orang lain adalah sama halnya dengan orang-orang yang rela dengan kebatilan. Ibarat orang yang mencium aroma harum dari kotoran yang keluar dari dirinya. Ini adalah sebuah kebohongan yang besar. Tidaklah diragukan lagi bahwa dosa-dosa dan aib dirinya yang ia ketahui secara meyaqinkan adalah lebih anyir baunya daripada kotoran yang keluar dari jalan belakang".
Diceritakan bahwa ada seorang hukama, mendapatkan pujian dari orang awam, namun ia menangis karena pujian itu. Seorang murid bertanya kepadanya : " Mengapa tuan menangis mendapatkan pujian itu?" Orang itu, tidak akan memuji aku, melainkan karena adanya sifat-sifat yang ia ketahui, sama dengan sifat-sifat yang ia sukainya."
Syaikh Ibnu Athaillah berkata : IDZAA UTHLIQATS TSANAA-U 'ALAYKA WA LASTA BI AHLIN FA-ATSIN 'ALAYHI BIMAA HUWA AHLUH
Artinya : " Jika Allah membiarkan manusia menggerakkan lidahnya untuk memuji Anda, padahal Anda sendiri tidak patut menerima pujian itu, maka, pujilah Allah, karena Dia-lah yang berhaq untuk dipuji."
Orang mukmin itu adalah orang yang tidak melihat dirinya patut menerima pujian atau sanjungan. Tetapi orang mukmin tahu bahwa Yang berhaq dan patut dipuji itu, hanyalah Allah. Maka HENDAKLAH ANDA MEMUJI DZAT-NYA ALLAH YANG BERHAQ PANTAS ANDA PUJI. Pujian kepada Allah itu sebagai bentuk ungkapan syukur kepada-Nya yang sudah menganugerahkan nikmat kepada Anda. " DIA-LAH ALLAH, DZAT YANG PATUT ANDA PUJI, BUKAN ANDA DIPUJI ". Orang-orang zuhud itu jika mendapatkan suatu pujian, sikap mereka itu, sebagaimana yang di ungkapan oleh syaikh Ibnu Athaillah : AZZUHAADU IDZAA MUDIHUU INQABADHU LI-SYHUHUUDIHIMUTS TSANAA-U MINAL KHALQI WAL 'AARIFUUNA IDZAA MUDIHUU INBASATHUU LI-SYUHUUDIHIM DZAALIKA MINAL MALIKIL HAQQI
Artinya : " Orang-orang zuhud, bila mendengar puji dan sanjung bagi dirinya dari sesama makhluq, mereka menjadi ketakutan. Sedangkan orang-orang arifin, bila mendapat pujian, ia merasa gembira, karena tahu bahwa pujian itu berasal dari Al-Haq (Allah)."
Sebagaimana diatas, bahwa Orang-orang zuhud yang belum sampai berjumpa dan belum dapat melihat Allah, maka yang mereka lihat adalah KEBERADAAN MAKHLUQ SEMATA, Sehingga ketika ia meneria pujian dari orang lain, mereka menyaksikan bahwa pujian itu datang dari orng lain. Oleh karena itu, mereka sangat ketakutan, kalau-kalau dengan sebab pujian itu, mereka tidak akan mendapatkan rahmat dan pujian dari Allah. Karena mereka takut, jangan-jangan pujian itu membuatnya tertipu dan terpedaya. Sehingga lupa dan mengabaikan aib dan kesalahan dirinya. Sementara bagi orang-orang arifin yakni orang berma'rifat yang sudah sampai kehadirat Allah, mereka tidak melihat sesuatupun selain Ajah Ta'ala. Oleh karena itu, ketika menerima pujian dan sanjungan, mereka melihatnya bahwa : "Pujian itu pada hakikatnya juga dari Allah Ta'ala. Karenanya mereka merasa senang dan menjadikannya sebagai pemacu untuk memperbaiki dirinya. Sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah Hadits : "Bila seorang mukmin mendapatkan pujian dihadapannya, maka pujian itu menjadikannya semakin merawat dan memupuk keimanan yang ada didalam hatinya".
Komentar
Posting Komentar