Allah menerangi alam dengan nur ciptaan-Nya, dan menerangi qalbu manusia dengan nur sifat-sifat-Nya. Oleh karena itu, Cahaya alam, bisa terbenam. Akan tetapi, cahaya hati dan kegaiban hati tidak bisa terbenam. Seperti kata penyair mengatakan : "Sesungguhnya matahari pagi, akan terbenam dengan datangnya waktu malam. Sedangkan matahari hati, tidak pernah terbenam".
Hari ini kita akan belajar tentang hati kita. Hati yang diberi nur oleh Allah, sehingga hati kita itu tidak menjadi gulita dan menjadi terang benderang dikarenakan sifat Hari ini kami akan menjelaskan tentang hati kita. Hati yang diberi nur oleh Allah, sehingga hati kita itu tidak menjadi gulita dan menjadi terang benderang dikarenakan sifat Nur-Nya. Fahamilah semua, Nur yang menerangi alam semesta ini adalah Merupakan wujud dari qudratullah, yang dipancarkan melalui makhluq ciptaan-Nya yang bisa terlihat dan dirasakan manfa'atnya bagi kehidupan makhluq. Sementara Nurullah yang dipancarkan kedalam qalbu para setia hamba yang terpilih, itu adalah MERUPAKAN NUR IMAN. MA'RIFAT DAN PEMAHAMAN YANG BERSIFAT BATIN.
Fahamilah kalian, Nur yang pertama seperti sinar atau cahaya matahari, bulan dan bintang-bintang. Sedangkan nur yang kedua adalah : " Nur Ilahiyah (cahaya ke-Tuhanan) atau Nurullah yang bersifat azali yang diterbitkan didalam qalbu seorang hamba yang dipilih yang menjadi kekasih-Nya. Nur yang pertama yang bersifat cahaya itu, bisa dimakan gerhana, redup dan padam. Sementara nur yang tidak akan pernah tenggelam.
Seorang penya'ir sufi menyatakan : THALA'AT SYAMSU MAN AHABBA BI LAYLI FASTADHAA-AT FAMAA LAHAA MIN GHURUUB.
Artinya : " Matahari hati orang yang mencintai qiyamul lail, memancarkan sinar yang tak pernah tenggelam ".
Akan halnya cahaya alam bersifat fana', bisa redup dan tenggelam. Dalam perkara ini, sebagaimana yang dinyatakan oleh Nabi Ibrahim as dalam pencarian beliau untuk menemui Tuhan. Seperti yang disebutkan dalam Al-Qur'an : Surah Al- An'am, ayat : 76 :
FALAMMAA JANNA 'ALAYHIL LAYLU RA AAKUU KABAN QAALA : HAADZAA RABBII AFALAMMA AFALA QAALA : LAA UHIBBUL IFILIIN
Artinya : " Ketika malam telah menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata "Inilah Tuhan-ku", Tetapi ketika bintang itu tenggelam, ia berkata : " Aku tidak suka kepada yang tenggelam."
Diriwayatkan pula para Ikhwan juga: Ada seorang laki-laki bertanya kepada Sahal bin Abdullah ra. mengenai sumber kekuatan. Sahal menjawab : " DIA- ALLAH.. " Tuhan Yang Maha Hidup yang tidak pernah akan mati ", Laki-laki itu berkata : " Aku bertanya tentang tiang penyangga dan penguat ", Sahal menjawab yaitu : " ILMU ". Laki-laki itu, bertanya lagi : " Aku hanya bertanya kepada Anda tentang makanan pokok sebagai penguat ", Sahal menjawab : " DZIKIR ". Laki-laki itu bertanya lagi : " Aku hanya bertanya kepada Anda tentang penguat jasad ", Sahal menjawab : " Anda tidak memiki apa-apa, buat penguat dan makanan jasad Anda. Serahkanlah kepada Tuhan yang menciptakan dan mengurusnya. Jika jasad Anda sakit, kembalikan pada penciptanya. Tidakkah Anda mengetahui bahwa : Barang yang dibuat seseorang kalau rusak, maka kembalikan pada pembuatnya, dialah yang bisa memperbaikinya."
Nah, Mungkin kalian memahami hal riwayat yang kami ceritakan disini. Itulah Nurullah yang memancarkan seluruh alam dunia ini sebagai penyangga untuk menerangi yang gelap menjadi terang. Maka nur merupakan ilmu, penyangga hati manusia, agar tidak pernah padam oleh kebodohan. Daripada itu, tanamkanlah hati, dengan ilmu Allah, agar hati terus terpancar oleh nur-Nya keseluruh penjuru diri kita. Itulah kekuatan tubuh kita yang bila di isi dengan makanan yakni Ilmu. Yang paling utama penguat makanan pada hati adalah Dzikir. Dzikirlah yang dapat menghidupkan hati, agar selalu terus tercurah oleh Nur Ilahiyah. Ilmu tanpa belajar, maka akan sia-sia. Dan amalan tanpa bimbingan maka tujuannya tidak akan sampai. Nah cukup sampai disini, semoga ada manfa'atnya untuk siapapun saja.
Komentar
Posting Komentar