Menerima pemberian dari makhluq (manusia), itu bisa menjadi penghalang.
Sedangkan mengelakkan karena Allah, itu adalah lebih baik. Pemberian kita ini
kepada orang lain, pada hakikatnya adalah SEBAGAI PENGHALANG BAGI ORANG YANG
DIBERI SECARA HAKIKAT.
Nah, jadi Ketika kita menerima pemberian itu, tentu kita akan terpaku
ingatan kita kepada si pemberi. Kita melihat pemberian itu sebagai ni'mat dari
orang yang memberikan kepada kita, semata-mata. Sehingga menghalangi kesadaran
kita, bahwa PEMBERIAN ITU PADA HAKIKATNYA ADALAH BERASAL DARI ALLAH TA'ALA.
Kita hendaklah menghindari dari menerima pemberian orang, dengan mengharapkan
akan mendapatkan lagi pemberian yang sama dari hamba Allah lainnya. Karena Harapan
seperti itu membuat kita terlibat kepada harapan selain Allah yang sangat
membahayakan terhadap iman kita" Sebab DALAM KE IMANAN, NI'MAT DAN
ANUGERAH ITU SEBENARNYA DARI ALLAH JUA. Menerima pemberian yang halal dari
orang lain itu, tidaklah salah, Tetapi Mengharapkan pemberian yang
terus-menerus itu, akan mengalihkan harapan kita itu kepada selain Allah.
Itulah yang menjadi penghalang kita. Karena akan merusak keimanan kita nanti.
Menghindari pemberian yang tidak pada tempatnya, akan menempatkan diri
kita pada martabat kita. Sebab, kita tetap berdiri didepan pintu hati kita yang
bersih, agar kita berwibawa dan tidak jatuh. Tetapi penerimaan pemberian itu,
hendaklah kita tetap dalam kesadaran kita bahwa PADA HAKIKATNYA PEMBERIAN ITU BERASAL DARI ALLAH
MELALUI SIAPA YANG DIKEHENDAKI-NYA.
Ali bin Abi Thalib ra mewasiatkan kepada kaum muslimin : "
Janganlah Anda merasa ada yang memberi ni'mat selain dari Allah Ta'ala.
Anggaplah semua ni'mat dan pemberian itu yang Anda terima dari selain Allah,
adalah satu kesalahan.
Anda harus menganggapnya sebagai pemberian, bukan dari manusia, akan
tetapi pada hakikatnya dari Allah semata."
Seorang Hukama berkata : " Menanggung kebaikan dari pemberian
manusia akan menjadi beban bagi Anda, dibandingkan dengan kesabaran. Karena
menderita kekurangan."
Nah para Ikhwan dan juga Akhwati, tidak berarti. Apabila sesama muslim,
memberi kepada sesama muslim harus ditolak. Apabila pemberian dalam rangka
hubungan silaturrahim dan mu'amalah yang tulus dan shaleh. Islam juga tidak
memperbolehkan menolak pemberian sesama saudaranya, selama pemberian itu tidak
menjatuhkan martabatnya sebagai hamba Allah, dan tidak menyebabkan ia lupa
bahwa : " Semua yang diterima, tidak semata-mata dari si pemberi. Akan
tetapi semata-mata atas karunia Allah Ta'ala "
Tetapi , Penolakan yang dapat menyebabkan kita, ingat kepada Allah,
berarti merupakan anugerah dan karunia besar dari Allah, untuk kita." Daripada
itu, sebelum menerima atau memberi sesuatu, baik berupa harta, uang, dan banyak
lagi, haruslah ingat Allah. Kenapa? Setiap yang menerima itu adalah ni'mat yang
menggoda iman. Dan setiap yang memberi itu termasuk menggoda hati. Dari sebab
itulah, akan muncul suatu penghalang besar antara tipu daya keni'matan dan
anugerah.
Jadi, ingatlah Allah, sewaktu menerima atau memberi,
karena semua itu berasal dari Allah. Insya Allah, kita akan mampu menjaga
martabat diri kita dihadapan-Nya. Semoga kutipan hikmah ini, dapat kita resapi
bersama, agar perjalanan kita menuju Allah, tidak tertutup suatu penghalang
dihadapan kita.
Komentar
Posting Komentar